Mengapa remaja malas pergi dengan orangtua?
“Fathur, kok belum siap-siap sih? Kita kan mau pergi arisan keluarga ke rumah tante Anna. Ayo cepat mandi!” kata Tiur pada putranya.
“Nggak ah, Ma. Aku mau latihan basket dengan teman-teman. Setelah itu mau main ke rumah Tito.”
“Duh, kamu bagaimana sih? Mama kan sudah bilang dari seminggu lalu. Ayolah, sekali-sekali ikut acara keluarga. Masa kamu main sama teman-teman melulu? Kapan waktu buat keluarga?”
“Kan tiap hari juga sudah bertemu Mama Papa.”
“Maksud Mama, sesekali ikut acara keluarga besar dooong... Supaya kamu akrab dengan sepupu-sepupumu juga.”
“Nggak ah, Ma. Malas.”
Belum reda kekesalan Tiur, putrinya menghampiri.
“Ma, Yunda juga nggak mau pergi ya. Yunda sudah janji nonton di bioskop dengan teman-teman.”
Aduuuuh, kenapa sih remaja malas sekali diajak pergi oleh orangtua? Padahal sewaktu kecil dulu, mereka merengek-rengek minta ikut ke mana pun orangtuanya pergi.
Jawaban Ayah Edy:
Wah, ini sederhana sekali. Mengapa anak tidak mau pergi dengan orangtuanya? Ya karena orangtuanya tidak asyik.
Wah, ini sederhana sekali. Mengapa anak tidak mau pergi dengan orangtuanya? Ya karena orangtuanya tidak asyik.
Coba saja, jika Ayah Bunda harus memilih makan bakmi di restoran spesialis bakmi yang terkenal atau bakmi gerobak yang belum jelas rasanya, mana yang Ayah Bunda pilih?
Semua ini soal rasa. Pergi beraktivitas dengan teman-teman terasa lebih asyik dibandingkan pergi dengan orangtua. Jelas saja, anak lebih memilih teman-temannya.
Lalu harus bagaimana?
Ya jadilah orangtua yang asyik.
Caranya, tanya saja pada anak, ke mana ia dan teman-temannya sering pergi atau obrolan seru apa yang sedang mereka bicarakan.
Ya jadilah orangtua yang asyik.
Caranya, tanya saja pada anak, ke mana ia dan teman-temannya sering pergi atau obrolan seru apa yang sedang mereka bicarakan.
Jadilah orangtua yang up to date, mengikuti perkembangan zaman dan bisa nyambung mengobrol dengan anak. Jadilah orangtua yang tidak hanya menuntut untuk didengarkan tapi juga mau mendengarkan. Itulah orangtua yang asyik.
Namun orangtua juga harus legowo. Sadarilah, sehebat-hebatnya kita sebagai orangtua, kita tetap tak dapat menggantikan posisi sahabat-sahabat anak. Sehebat-hebatnya kita memahami anak, tetap saja anak ingin pergi dengan gengnya.
Tidak apa-apa. Terimalah bahwa anak terdiri atas banyak bagian.
Ada bagian di mana anak menginginkan orangtua yang asyik. Ada pula bagian di mana anak membutuhkan teman-teman yang asyik.
Sama seperti kita. Sesekali, kita juga ingin berkumpul dengan teman-teman dan tak melulu sibuk dengan keluarga, bukan?
Tugas orangtua adalah memastikan semua bagian ini positif. Ketika anak pergi dengan teman-temannya, pastikan aktivitas mereka positif serta teman-temannya juga memberikan pengaruh yang positif.
dipetik dari buku Ayah Edy menjawab problematika orang tua ABG dan Remaja
0 Response to "Mengapa remaja malas pergi dengan orangtua?"
Posting Komentar